Dilansir dari laman resmi Neta Indonesia, harga Neta V turun Rp 62 juta di bulan Maret 2024. Banderolnya sekarang menjadi Rp 317 juta, dimana sebelumnya harga OTR Neta V wilayah DKI Jakarta di angka Rp 379 juta.
Harga Neta V turun Rp 62 juta di bulan Maret ini merupakan yang kedua setelah beberapa hari lalu Neta V turun harga dari Rp 386 juta menjadi Rp 379 juta. Bedanya, penurunan harga yang kedua ini selisihnya lebih drastis.
Mengenai Harga Neta V turun Rp 62 juta di bulan Maret ini, kami sudah mencoba mengkonfirmasi ke jajaran petinggi Neta Indonesia untuk menanyakan masa berlakunya. Apakah hanya di bulan Maret 2024 ini saja, atau untuk seterusnya.
“Harga Neta V terbaru berlaku sampai 31 Maret 2024,” jawab salah satu petinggi Neta Indonesia secara singkat melalui pesan singkat (12/3).
Fenomena beberapa brand mobil listrik asal Cina menurunkan harga ini berawal dari MG Indonesia yang terjadi pada pertengahan bulan Januari 2024 lalu, dimana mereka secara mengagetkan menurunkan harga MG 4 EV dari sebelumnya Rp 699,9 juta (tipe tertinggi) menjadi Rp 499,9 juta (tipe tertinggi). Hal ini lantaran mobil listrik tersebut sudah dirakit di Indonesia alias CKD.
Bahkan, beberapa hari lalu secara mengejutkan MG Indonesia kembali menurunkan model MG 4 EV. Sekarang, mobil listrik dengan jarak tempuh maksimal 425 kilometer ini harganya menjadi Rp 423 juta.
“Kami berkomitmen untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, dan program ini adalah salah satu cara kami untuk mewujudkannya,” kata Donald Rachmat, Chief Operating Officer MG Motor Indonesia saat di event IIMS 2024 lalu.
Pabrikan Mobil Listrik Cina Berlomba-lomba Dapatkan Subsidi Dari Pemerintah Indonesia
Harga Neta V turun Rp 62 juta di bulan Maret 2024 ini tak luput dari persaingan mobil listrik yang beredar di Indonesia, khususnya dari Cina. Dimana merek seperti Chery, MG, dan Wuling telah lebih dulu punya pabrik di Indonesia dan mengejar TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40% untuk mendapat subsidi dari Pemerintah.
Pendatang baru BYD langsung tancap gas, salah satu pabrikan mobil listrik terbesar asal Cina ini langsung berinisiatif membangun pabrik di Indonesia. Para petingginya sudah bertemu “orang Istana” dan Luhut Binsar Pandjaitan sebelum mereka mengaspal di Indonesia.
Alasan pabrikan mobil listrik asal Cina memabangun pabrik di Indonesia tentu saja karena ingin mendapatkan subsidi dari pemerintah dan juga ingin menjalin kerjasama yang panjang antar negara. Adapun subsidi yang sudah berjalan saat ini adalah diberikan insentif PPN sebesar 10%, sehingga pajak yang dikenakan hanya 1% saja.
Adapun syarat utamanya yaitu diproduksi dalam negeri dan nilai TKDN lebih dari 40%. Berikut detailnya:
- Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai Roda Empat dan Bus dengan TKDN ≥40%, akan diberikan PPN DTP sebesar 10% sehingga PPN yang harus dibayar tinggal 1%
- Kedua, KBL Berbasis Baterai Bus dengan 20% ≤ TKDN < 40% diberikan PPN DTP sebesar 5%, sehingga PPN yang harus dibayar sebesar 6%.
Simak terus Moladin.com untuk informasi otomotif menarik lainnya.