Pandemi virus korona atau Covid-19 mampu menghantam perekonomian di Indonesia. Tercatat industri otomotif menjadi salah satu yang mengalami dampak yang cukup besar.
Untuk itu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) pun telah mengambil langkah cepat. Tujuannya tidak lagi agar industri otomotif bisa terselamatkan di tengah pandemi Korona yang menimpa Tanah Air.
Pemerintah pun sudah menyampaikan ke Gaikindo selaku asosiasi, agar dapat mengupayakan anggotanya untuk tetap dapat mendukung perekonomian semasa pandemi korona.
Seperti disampaikan Yohannes Nangoi, selaku Ketua Umum Gaikindo, pemerintah sudah meminta setiap pelaku industri otomotif untuk tidak menyerah, apalagi sampai bubar ditengah korona.
“Yang diupayakan pertama adalah jangan sampai ada industri otomotif yang rontok, jadi industri otomotif sangat disorot, apalagi ada nama-nama besar di sana,” ujar Nangoi.
Nangoi juga menegaskan, jika ada merek otomotif tutup di Indonesia. Otomatis akan merusak citra perusahaan itu.
“Jika ada satu pabrik tutup itu citranya akan jelek sekali. Ini yang kami sedang usahakan agar tidak terjadi penutupan pabrik di Indonesia, ditengah pandemi korona,” paparnya.
PHK Jadi Momok Menakutkan Bagi Industri Otomotif di Tengah Korona
Pemerintah Republik Indonesia pun dikatakan meminta para anggota Gaikindo untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawan di masa sepert ini.
Pun begitu, Nangoi masih belumbisa memastikan, karena tergantung dari kemampuan masing-masing perusahaan bisa tetap bertahan dalam kondisi saat ini. Dampak dari virus Korona.
“Kami mencoba untuk bertahan dengan tenaga kontrak yang habis tidak akan diperpanjang lagi. Tapi sampai saat ini yang kami konsolidasi dengan teman Gaikindo belum ada PHK untuk karyawan tetap, tapi kami belum tau sampai sejauh mana mereka bisa bertahan,” beber Nangoi.
Selain itu, pemerintah juga turut menekankan mengenai tunjangan hari raya (THR) jelang hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah bagi para pekerja di industri otomotif tahun ini.
Para pelaku industri otomotif diharapkan tetap memberikan THR kepada seluruh pekerjanya. Meski dikondisi sulit sekarang ini.
“Pemerintah juga turut meminta, agar THR dibayarkan karena industri otomotif dinilai memiliki daya tahan dan kemampuan untuk tetap membayarkan THR. Akhirnya saya pun mencoba membicarakan dengan anggota, THR kami masih siap untuk membayarkan,” beber Nangoi.
Prediksi Industri Otomotif Tahun 2020
Masa sulit di industri otomotif saat ini, Gaikindo memprediksi mengalami penurunan penjualan yang sangat tajam. Sebagai gambaran, target penjualan mobil kini hanya sebanya 600 ribu unit.
Padahal di awal tahun 2020, Gaikindo sangat optimis mampu meraih target yang dicanangkan sebanyak 1,05 juta unit. Hanya saja ketika melihat pencapaian di bulan April 2020 ini, revisi besar dilakukan. Pasalnya pada April, penurunan sangat besar terjadi.
Sekadar informasi, penjualan ritel kendaraan roda empat di bulan April lalu merosot jadi 25 ribuan unit saja. Pencapaian itu merosot tajam, jika dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 60.447 unit.
Bahkan jauh dari pencapaian di periode yang sama di tahun 2019 lalu, yang berada di angka 70 ribu hingga 80 ribuan unit setiap bulannya.
Jika mengacu pada data wholesale di bulan April, penjualan mobil sangat anjlok. Jika dibandingkan dengan penjualan ritel hingga 90 persen, menjadi 8.000-an unit dibanding Maret 76.800 unit.
Berdasarkan fatka di atas, Nangoi turut mengungkapkan kekhawatirannya. Dia pesimis dengan penjualan mobil tahun ini. Bahkan diklaim tak sampai 600 ribu unit.
Butuh Bantuan Pemerintah Untuk Pulihkan Industri
Guna mengangkat kembali industri otomotif di Indonesia, tentunya membutuhan bantuan dari pemerintah. Di tengah keterpurukan karena pandemi Korona.
Dalam hal ini Gaikindo meminta sejumlah stimulus, salah satunya pemangkasan tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Di mana setiap pembeli mobil baru dikenakan biaya PKB yang biasanya dimasukkan dalam komponen harga ritel dan setiap tahun semasa kepemilikan.
Melalui stimulus diskon PKB, setidaknya bisa menjadi ‘timbal balik’. Karena pabrikan otomotif tetap berjuang menjaga roda industri otomotif tetap bergerak semasa pandemi korona. Agar dapat menghidupi banyak masyarakat Indonesia yang terlibat didalamnya.
“Kepada pemerintah kami meminta bahwa saat ini industri otomotif kami menderita. Cuma kami mengharapkan bahwa setelah lewat Covid-19 industri otomotif mesti tetap diperhatikan,” tambah Nangoi.
Nangoi menyampaikan pihaknya meminta penurunan PKB mulai dari 30 persen sampai 50 persen. Permintaan itu sudah disampaikan melalui surat kepada pejabat daerah.
“Kami sudah bekerjasama dan mengirim surat ke gubernur seluruh Indonesia dan di copy ke Mendagri. Kami minta supaya pajak kendaraan bermotor itu direlaksasi kalau sekarang 10-12,5 persen itu diberikan relaksasi sehingga turun 30-50 persen,” tambah Nangoi.
Tak sampai disitu saja, Gaikindo meminta PKB stimulus lain yang diharapkan yakni pengaturan ulang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ekspor kepada perusahaan untuk KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor). Selanjutnya diminta pula secara signifikan mengurangi proses restitusi pajak.
Kalau bisa, tambah Nangoi ada penambahan waktu jatuh tempo dokumen form D untuk kebutuhan importasi dari 1-3 hari menjadi 2-3 pekan karena sebagian negara tengah menerapkan lockdown.
Diharapkan pemerintah juga memberikan relaksasi demurage atau biaya yang dipungut perusahaan pelayaran kepada importir.
Apabila belum menaikkan atau menurunkan kontainer ke kapal dalam waktu yang telah disepakati hingga satu bulan. “Hapus juga LarTas (larangan dan pembatasan)” pungkas Nangoi.
Baca juga: