Mesin Diesel Common Rail, Apa Keunggulannya?

Mesin diesel common rail Toyota

Mesin diesel common rail lahir menggantikan era mesin diesel direct injection. Teknologi anyar ini juga sudah diadopsi oleh cukup banyak mobil yang meminum solar. Ambil contoh Toyota Fortuner, Mitsubishi Pajero Sport, hingga berbagai macam truk.

Bukan tanpa alasan, mesin diesel berteknologi common rail punya banyak keunggulan. Mulai dari tidak terlalu berisik, minim getaran, serta konsumsi bahan bakar lebih efisien jika dibandingkan teknologi mesin diesel sebelumnya.

Common rail juga penting untuk menghasilkan emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan. Oleh karenanya, mobil diesel yang ingin lolos Euro 4, harusnya menggunakan teknologi ini.

Lalu apa itu teknologi mesin diesel commn rail? Nama common rail berasal dari proses penyaluran bahan bakar ke injektor yang menggunakan rail (jalur) yang dipakai bersama. Pada sistem common rail, bahan bakar dialirkan melalui fuel rail dan kemudian terdistribusi ke tiap injektor yang terhubung dengan ruang bakar dalam silinder.

“Common rail ini kan kalau secara prinsip kerja untuk menciptkan tekanan tinggi dengan satu wadah. Sistem injection konvensional kan masing-masing tekanan dikerjakan satu pompa,” kata Mekanik Diler Hino di Ciputat, Heryawan pada beberapa waktu lalu.

Nah, untuk mengetahui lebih jauh mesin diesel common rail. Mari kita simak ulasannya berikut ini.

Perbedaan Mesin Diesel Common Rail dan Konvensional

Beda mesin diesel common rail dan konvensional

Perbedaan mesin diesel common rail dengan konvensional adalah cara memasok bahan bakarnya. Utamanya pada komponen yang berada antara pompa injeksi dan  injektor. Ada dua komponen utama di sini, yaitu pompa injeksi atau mekanik awam menyebutnya  Bosch pump dan injektor.

Cara kerja common rail adalah semua injektor yang bertugas memasok solar langsung ke dalam mesin, menggunakan wadah atau rel yang sama. Caranya sama dengan yang digunakan pada sistem injeksi bensin.  Sedangkan mesin diesel konvensional, setiap injektor mendapatkan pasokan solar sendiri-sendiri langsung dari pompa injeksi.

“Keuntungan common rail dengan satu pompa, pressure selalu ada, kapan akan dilakukan pembakaran itu bebas-bebas saja. Tidak tergantung pada saat pemompaan. Jadi singkatnya terakumulasi pressure-nya. Kapan disemprotkan sudah ready. Itu yang menyebabkan efisiensi lalu getaran yang minim, tingkat kebisingan juga lebih rendah,” imbuh Heryawan.

Cara Kerja Common rail

Ilustrasi cara kerja common rail di mesin diesel

Sistem common rail merupakan  sistem suplai bahan bakar yang menggunakan ECU guna mengatur timing. Tujuannya agar bahan bakar dapat diinjeksikan sesuai kebutuhan mesin.

Simulasinya seperti ini, bahan bakar yang disimpan dalam fuel tank dihisap oleh high pressure pump. Setelah melalui high pressure pump, tekanan bahan bakar naik hingga mencapai high pressure accumulator atau pipa rail.

EDC kemudian mengatur agar timing serta durasi injeksi bahan bakar tetap sesuai dengan kebutuhan mesin, tidak kurang dan tidak lebih. Barulah setelah itu  terjadi proses pembakaran di dalam ruang bakar. Namun, jika sistem injeksi bahan bakar mengalami gangguan, pembakaran pun tidak akan sempurna. Akibatnya, mobil pun akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan mogok.

Komponen Mesin Diesel Common Rail

Sistem common rail terdiri atas beberapa komponen seperti fuel tank untuk menyimpan bahan bakar, filter bahan bakar (fuel filter), serta supply pump. Selain itu terdapat pula high pressure pump, high pressure accumulator, injektor, katup pengatur tekanan, sensor-sensor, dan electronic driver control (EDC).

Oh ya, yang membuat spesial common rail adalah dengan digunakannya ECU untuk mengatur suplai bahan bakar ke ruang bakar mesin. Adapun perangkat ECU tersebut juga didukung oleh komponen sensor dan actuator.

Dimana sensor adalah perangkat pendeteksi. Artinya sensor akan mendeteksi semua informasi yang diperlukan untuk menghitung berapa bahan bakar yang ideal.

Sementara untuk komponen actuator adalah perangkat output yang akan melaksanakan perintah dari ECU. Dalam hal ini, solenoid didalam injektor berperan sebagai aktuator.

Hasil perhitungan dari ECU akan berupa tegangan dengan interval tertentu, tegangan ini akan disalurkan ke masing-masing injektor. Tugas aktuator/solenoid adalah mengkonversi tegangan dari ECU ke bentuk gerakan pembukaan nozle sehingga solar dapat mengabut.

Cara Merawat Mesin Diesel Common Rail

Perawatan mesin diesel common rail tentunya berbeda dengan mesin diesel konvensional. Sebab common rail sudah menggunakan ECU dan mesin diesel konvensional masih mengusung sistem mekanikal.

Karenanya perawatan mesin diesel common rail perlu perhatian khusus. Hal itu karena tekanan bahan bakar yang sangat tinggi di sistem common rail (bisa mencapai 2.000 bar).

  • Menggunakan Solar Berkualitas

Di dalam sistem common rail, jalur serta lubang injektor yang sangat kecil menuntut bahan bakar berkualitas tinggi yang rendah sulfur. Sebab jika menggunakan solar kualitas buruk bisa membuat lubang dan jalurnya tersumbat dan menyebabkan kinerja mesin terganggu.

Oleh karenanya, jauh-jauhlah mobil diesel dengan common rail dari solar subsidi. Minimal pakai Dexlite, lebih bagus tentu Pertadex.

  • Servis Berkala Secara Rutin

Selain menggunakan solar yang berkualitas, agar mesin diesel common rail tetap terjaga, lakukan servis berkala secara rutin. Hal tersebut agar semua komponen mesin bisa dibersihkan dan dicek kelayakannya oleh mekanik.

Tak hanya itu, saat melakukan servis berkala umumnya filter solar juga akan dibersihkan dari kotoran yang mengendap. Gunanya untuk mencegah kotoran masuk ke ruang bakar mesin.

Moladiners, itulah ulasan mengenai mesin diesel common rail. mobil diesel kamu sudah common rail apa masih konvensional?

Pantau terus Moladin.com untuk mendapatkan informasi otomotif menarik lainnya.

Related posts

Tingkatkan Kesadaran Keselamatan Berkendara Generasi Muda, Jasa Marga Selenggarakan Road Safety Rangers 2024

GJAW 2024 : Fakta Pabrikan Jepang “Sungkan” Lihat Gebrakan Mobil-mobil Baru Asal Cina?

inDrive.Kurir Gelar Lomba Berhadiah Liburan ke Bali