Di Indonesia, perkembangan mobil listrik semakin menarik perhatian konsumen. Salah satu faktor krusial yang menjadi pertimbangan membeli mobil listrik ialah kapasitas baterai, yang berpengaruh pada jarak tempuh.
Di pasar Indonesia sendiri saat ini jarak tempuh terbentuk ke dalam beberapa kelas. Untuk mobil listrik murah berada pada kisaran jarak tempuh 180-200 km, di kelas ini dihuni oleh DFSK Seres E1, Wuling Air EV Lite dan Wuling Air EV.
Pada mobil listrik kelas menengah pada kisaran 400 km, terdapat Hyundai Ioniq, Chery Omoda E5 dan Wuling BingouEV.
Sedangkan untuk mobil listrik premium umumnya memiliki daya jelajah hingga 500 km ke atas untuk sekali pengisian. Segmen ini dihuni Hyundai Ioniq 6, Mercedes-Benz EQS, EQE, dan Maxus Mifa 9.
Nah kali ini Moladin akan membahas perbandingan baterai mobil listrik yang menawarkan jarak tempuh atau daya jelajah di kisaran 400 km, dimana segmen ini yang paling ramai diminati di Indonesia saat ini. Berikut ulasan lengkapnya.
Hyundai Ioniq 5
Untuk mobil listrik yang memiliki daya jelajah 400km ke atas yang pertama adalah Hyundai Ioniq 5.
Model ini hadir dengan kapasitas baterai 72,6 kWh yang bisa menempuh jarak hingga 451 km untk varian Singnature Long Range, sedangkan Prime Long Range 481 Km, dengan standar perhitungan WLTP (World Harmonised Light Vehicle Test Procedure), yang merupakan standar homologasi emisi dan konsumsi energi terbaru yang digunakan Uni Eropa saat ini.
Untuk kecepatan pengecasan dengan DC Fast Charging untuk kapasitas per 50 KW menghabiskan sekitar 59 menit 30 detik dengan capaian hingga 80%. Sedangkan dengan kapasitas 350 Kw mencapai 17 menit 16 detik.
Chery OMODA E5
Chery Omoda E5 dilengkapi dengan kapasitas baterai 61 kWh, motor listrik berdaya 150 kW, dan konsumsi battery 15.3 kWh per 100 km. Mobil listrik ini dapat menjangkau jarak hingga 430 km dalam keadaan baterai penuh.
Omoda E5 diklaim sudah juga sudah memenuhi standar Worldwide WLTC.
Mobil listrik tersebut juga dapat melakukan mengisi daya dengan cepat dari 30 persen ke 80 persen hanya dalam waktu kurang lebih 30 menit.
Omoda E5 yang dibekali dengan colokan jenis CCS2 mendukung pengisian daya cepat sampai ke 85 persen dari baterai habis dalam waktu 35 menit
Wuling Bingou EV
Binguo EV untuk versi Long Rangenya memiliki daya jelajah 410 km. Dengan kapasitas baterainya 37,9 kWh.
Bicara sistem cas cepat, Wuling BinguoEV sudah dilengkapi dengan fast charging untuk varian 410 km. Tapi sayangnya mobil ini menggunakan colokan yang rada berbeda dengan mobil listrik lainnya.
Wuling BingouEV menggunakan type colokan IEC tipe BB atau setara GB/T.
Yang notabene sulit didapatkan di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Sebagai informasi, pada Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) milik PLN, digunakan colokan tipe CCS-2 untuk pengecasan DC atau fast charging.Nah sedangkan untuk type IEC tipe BB ini belum masuk lisensi SNI, maka dari itu belum ada di SPKLU lantaran belum jadi standar colokan mobil listrik Indonesia.
Namun, Danang Wiratmoko, Product Planning Wuling Motors, menyatakan bahwa tipe colokan yang digunakan pada mobil listrik tersebut akan segera menjadi standar nasional sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
“IEC BB ini juga akan dalam waktu dekat,” kata Danang kepada media November 2023 lalu.
Selain itu, standar baterai yang digunakan Wuling Bingou EV adalah CLTC (China Light Duty Vehicle Test Cycle), berbeda dengan OMODA E5 dan Ioniq 5 yang sudah menggunakan standar global (WLTP).
Sebagai informasi, dalam industri mobil listrik, terdapat berbagai macam tes baterai dan jarak tempuh, seperti WLTP, ELTP, dan CLTC.
WLTP merupakan standar pengujian mobil listrik yang akurat berdasarkan standar global.
Sedangkan CLTC merupakan standar pengujian untuk mobil listrik yang diproduksi oleh merek China dan hanya dijual di pasar otomotif China dan Asia.
Jika Wuling menggunakan WLTP, maka jarak tempuh KM baterai mobilnya pasti akan berkurang.
Hal ini karena secara pengujian berbeda. CLTC, melakukan uji test menjadi dua bagian; satu untuk mobil penumpang dan satu lagi untuk kendaraan niaga.
Dengan metode lebih banyak pengereman dan akselerasi. Jarak total pengujian mobil penumpang juga hanya sekitar 9 mil atau 14,4 km.
Hal ini untuk mencerminkan penggunaan rata-rata mobil di China yang sering terjebak kemacetan, sedangkan WLPT sebaliknya.
Dalam metode pengetesannya, WLTP sendiri dibagi dalam empat bagian dengan perbedaan pada rata – rata kecepatan, mulai dari Low, Medium, High dan Extra High.
Setiap bagian tersebut akan memiliki variasi fase berkendara, baik saat kendaraan berhenti, berakselerasi, dan juga melakukan pengereman.
Selain itu WLTP sifatnya dinamis dan bertujuan untuk merepresentasikan kondisi berkendara yang riil dengan jarak pengujian hingga 23,25 km.
WLTP juga memiliki 4 fase berkendara dengan 52% urban driving dan sisanya non urban driving. Rata – rata kecepatan 46,5 km/jam, dengan kecepatan maksimal 131 km/jam di WLTP.
Lantas, apa saja keuntungan yang diberikan WLTP untuk urusan metode pengetesan driving cycle? Tentu saja jaminan untuk menghadirkan simulasi berkendara yang lebih realistik dengan variasi situasi yang lebih luas.
Jadi jika Wuling Bingou EV menggunakan standar WLTP, bisa jadi jarak tempuh KM atau kemampuan baterai mobilnya pasti akan berkurang.
Demikian ulasan terkait deretan mobil listrik daya jelajah 400 km. Simak terus Moladin.com untuk update berita terbaru seputar otomotif.