PT Hino Motors Manufacturing Indonesia (HMMI) dan PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) berhasil mencatatkan produksi ke-500.000 unit sejak kehadirannya di Indonesia 37 tahun lalu. Hino pertama kali menapaki bisnis kendaraan komersial di Tanah Air sejak 11 Desember 1982 silam.
Masahiro Aso, Presiden Direktur PT Hino Motors Manufacturing Indonesia menjelaskan, “Produksi kendaraan Hino ke 500.000 unit ini dicapai bersamaan dengan perayaan kehadiran Hino di Indonesia selama 37 di Indonesia. Hal ini menjadi bukti nyata keberadaan Hino semakin dapat diterima masyarakat luas.”
Berdasarkan catatan Hino, dari total 500.000 kendaraan Hino yang diproduksi di Indonesia, sebanyak 45% berasal dari model UD Truk FN.
Sejarah Hino di Indonesia
Sedikit mengulas perjalanan panjang Hino di Indonesia, pabrikan kendaraan komersial asal Jepang ternyata memiliki sejarah yang panjang di Tanah Air. Berawal dari tahun 1967, di mana awal mulanya melalui hibah bus lengkap dari pemerintah Jepang, kepada pemerintah Indonesia sebagai kompensasi pendudukan Jepang pada saat perang dunia kedua.
Berlanjut di tahun 1970, kebutuhan akan sarana transportasi darat, serta proses komersialisasi dan industrialisasi kendaraan bermotor Hino dimulai pada awal dekade 1970-an dengan ditandai dimulainya proses perakitan secara sederhana di Indonesia.
Hingga akhirnya di tahun 1982 resmi berdiri PT Hino Indonesia Manufacturing (HIM) yang merupakan perusahaan patungan antara prinsipal Hino Motors Ltd., Japan dengan Grup Salim, berlokasi di Tambun, Jawa Barat. Pada saat itu, HIM memproduksi komponen utama kendaraan bermotor untuk memenuhi kewajiban pendalaman manufaktur yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pada pertengahan dekade 1980-an, Hino meluncurkan Ranger FF Series dan Bus AK Series, dilanjutkan dengan peluncuran truk FL dan FM pada awal tahun 1990-an, yang merupakan cikal bakal sejarah suksesnya Hino di Indonesia.
Memasuki tahun 1995, Hino meluncurkan mobil penarik atau yang dikenal dengan tractor head SG221MA, untuk mendukung kebijakan keselamatan berkendara. Dilanjutkan pada tahun 1997, dengan kian meningkatnya kebutuhan kendaraan komersial di Indonesia, pada April 1997 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik Hino di Kawasan Industri Kota Bukit Indah, Purwakarta, Jawa Barat.
Setelah mengalami penundaan pembangunan pabrik terkait krisis moneter, di tahun 2003 menjadi awal baru bagi Hino di Indonesia, diawali dengan restrukturisasi HIM menjadi HMMI dan HMSI. Peresmian pabrik baru HMMI oleh Menteri Perindustrian pada 8 September 2003 dan diluncurkannya generasi baru Hino Truk Ranger – FG, FL dan FM Series.
Sejalan dengan kebijakan energi baru terbarukan dan konservasi energi, Hino memproduksi kendaraan chasis bus berbahan bakar gas (CNG) di tahun 2006, untuk dapat memenuhi kebutuhan armada TransJakarta.
Di samping itu teknologi engine yang dapat mengkonsumsi bahan bakar biosolar juga dikembangkan secara berkesinambungan, sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan campuran minyak nabati pada bahan bakar solar.
Pada tahun 2009, kapasitas terpasang produksi ditingkatkan melalui penambahan investasi dan modal kerja. Hal itu dilakukan melalui penambahan lini produksi yang semula hanya terdiri satu lini produksi menjadi dua lini produksi pada 2009. Peresmian perluasan pabrik HMMI tersebut dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 17 Desember 2009.
Pada tahun 2012, era baru bagi HMMI dengan dimulainya proses permesinan (machining) untuk komponen mesin yang meliputi cylinder block, cylinder head, camshaft, crankshaft, dan connecting rod. Komponen utama lainnya seperti transmisi, propeller shaft dan rear axle juga diproduksi di HMMI.
Tingkat kandungan komponen dalam negeri pun meningkat dengan drastis. Saat ini tingkat kandungan dalam negeri Hino berada pada kisaran 50%-70%.
Memasuki tahun 2011, HMMI tercatat sebagai perusahaan produsen pertama di Indonesia yang melakukan ekspor kendaraan truk dan bus sejak tahun 2011 ke Vietnam dan Filipina.
Selain itu, HMMI terus melebarkan jaringan ekspor kendaraan ke negara tujuan lainnya dengan total tujuan 15 negara (antara lain: Filipina, Vietnam, Laos, Haiti, Bolivia dan beberapa negara di Afrika Barat) sebanyak 13.000 unit kendaraan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Ekspor komponen kendaraan bermotor Hino juga telah dilakukan ke 17 negara tujuan. Kedepannya, volume dan nilai ekspor akan terus ditingkatkan, sejalan dengan diberlakukannya ambang batas emisi gas buang Euro 4 pada 2021.
Baca juga: