Test Drive Hyundai Ioniq, Mobil Listrik Sensasinya Beda?

Akselerasi yang mantap, membuat ban mobil listrik lebih cepat aus dibanding ban mobil konvensional

Kesempatan untuk test drive Hyundai Ioniq akhirnya datang juga. Selama empat hari kami berkeliling Jakarta dan sekitarnya dengan mobil listrik termurah di Indonesia ini.

Perjalanannya melewati berbagai medan, mulai dari jalan macet hingga lengang. Kemudian medan yang dilalui juga beragam, termasuk jalan bergelombang dengan aspal rusak.

Lalu, apa bedanya berkendara dengan Ioniq yang notabene mobil listrik dibanding mobil konvensional berbahan bakar minyak (BBM)?

Ada beberapa sensasi yang berbeda ketika test drive Hyundai Ioniq. Salah satunya, tidak bersuara. Ketika tombol start & stop engine ditekan, rasanya begitu hening.

Hanya saja AC, head unit, dan panel instrumen aktif atau menyala. Kemudian tanda Ioniq siap melaju, ada indikator berbentuk mobil berwarna hijau yang muncul di panel instrumen.

Selanjutnya yang juga berbeda adalah kendaraan elektrifikasi ini tidak punya tuas transmisi. Jadi ketika ingin melaju, bukan geser tuas. Cukup tekan tombol yang ada di konsol tengah.

Ioniq memiliki tiga tombol transmisi yang bisa dipilih yaitu D (berkendara), P (parkir), dan R (mundur). Supaya mobil listrik buatan Korea Selatan tersebut bisa bergerak maju, tekan tombol D. Lalu injak gas seperti biasa.

Mau tahu rasa berkendara mobil sedan listrik seharga Rp 637 juta (OTR Jakarta) ini secara lengkap? Repotkah mengisi ulang baterainya? Untuk jawabannya, simak bahasan test ride Hyundai Ioniq di bawah:

Akselerasi Mantap dan Stabil 

Performa Hyundai Ioniq istimewa saat menggunakan mode sport

Salah satu yang kami temukan saat test drive Hyundai Ioniq adalah mobil listrik punya akselerasi mantap. Bukan perkara sulit untuk meraih kecepatan 100 Kpj. Apalagi saat mode berkendara diubah ke posisi sport.

Jika sudah begitu, pedal gas bakal sangat responsif. Tekan sedikit saja mobil langsung melesat. Sensasi tubuh agak terhempas ke belakang juga langsung kami rasakan.

Dalam mode sport, seluruh kompetensi motor listriknya benar-benar keluar. Di atas kertas bisa melontarkan torsi hingga 295 Nm dan tenaga 136 PS, kurang lebih setara mobil sedan bensin berkubikasi 2.500 cc.

Kemudian bobot lingkar kemudi yang pas juga membuat pengendaliannya mantap. Kami sunggu percaya diri ketika harus salip kanan dan kiri, meski di kecepatan tinggi.

Lalu yang patut diacungi jempol adalah suspensinya. Racikan yang tepat membuat mobil listrik ini mampu melaju stabil meski speedometer menunjukkan angka 120 Kpj. Ground clearance rendah dan aerodinamika khas mobil sedan, pun ikut andil.

Hanya saja memang, semua keseruan test drive Hyundai Ioniq itu dilakukan dalam keadaan hening. Tidak ada mesin menderu seperti halnya di mobil konvensional. Maklum, ini kan mobil listrik.

Bicara kekurangan Hyundai Ioniq, bodi bawahnya kerap bersinggungan dengan aspal ketika melewati jalan beda ketinggian. Lalu fitur-fiturnya juga tidak terlalu istimewa.

Ambil contoh cuma punya cruise control, tapi belum berteknologi adaptive. Dengan demikian, kami belum bisa merasakan berkendara semi autonomus atau kecepatan mobil mengikuti kendaraan di depan. Padahal mobil bermesin bensin saja dengan harga tidak sampai Rp 400 jutaan sudah memilikinya, seperti Wuling Almaz RS.

Kemudian untuk mobil yang kami kendarai adalah Ioniq Prime atau varian terendah. Harganya memang cuma Rp 637 juta (OTR Jakarta), namun pengaturan bangku masih manual, lalu lampu depan juga masih halogen.

Seberapa Irit Baterai Hyundai Ioniq?

Fitur regeneratif braking membuat baterainya bisa mengisi daya secara otomatis ketika Hyundai Ioniq melakukan pengereman

Konsumsi baterai tentu menjadi salah satu yang kami uji ketika test drive Hyundai Ioniq. Awalnya kami agak pesimis, serta menganggap mobil listrik pasti tidak praktis, lantaran fasilitas charger belum banyak di Jakarta.

Walau demikian, nyatanya hal tersebut tidak terlalu jadi kendala ketika berkendara bersama Ioniq. Dalam kondisi baterai penuh, di panel instrumen menunjukkan jarak tempuhnya sekitar 350 km dengan mode Eco

Artinya kalau jarak tempuh perhari, kamu sekitar 70 Km dari rumah ke lokasi pekerjaan. Maka dalam 5 hari kerja, tidak perlu isi ulang baterainya.

Kenyataannya, mobil listrik ini bahkan lebih hebat lagi dalam menghemat tenaga baterai. Saat test drive Hyundai Ioniq, kami membuktikannya sendiri.

Perjalanan dilakukan dari Bekasi ke Pantai Indah Kapuk, melewati berbagai kondisi jalan. Dari mulai macet hingga lowong. Total jarak yang ditempuh adalah 46,5 Km. Hanya saja di panel instrumen cuma menunjukkan penurunan jarak tempuh 35 Km.

Artinya dalam kasus ini, baterai Ioniq bisa menghemat sekitar 10 Km lebih baik dari jarak yang seharusnya. Salah satu kontribusi, datang dari fitur regeneratif braking.

Jadi ketika pedal rem diinjak, tenaga pengereman tersebut dimanfaatkan untuk mengisi daya baterai di Hyundai Ioniq secara otomatis. Dari situlah bonus energi bisa didapat.

Lalu untuk mengemat baterai mobil, Hyundai juga telah menyediakan benerapa mode berkendara. Ada Eco dan Eco+. Jika Eco dipilih, maka jarak tempuh baterai akan meningkat dibanding mode Normal serta Sport. Walau demikian efek yang dirasa adalah akselerasi jadi kurang responsif.

Sementara pada mode Eco+, AC otomatis akan mati. Hal tersebut tentu bisa meningkatkan jarak tempuh Hyundai Ioniq jadi lebih baik lagi. Mode Eco+ bisa kamu pilih, ketika keadaan darurat atau baterai sudah menipis, sementara kamu masih di perjalanan. Cara mengaktifkan mode Eco+ adalah dengan menekan tombol mode berkendara selama tiga detik.

Cara Mengisi Baterai Hyundai Ioniq di Rumah, Sulitkah?

Paling aman, daya listrik rumah kamu di atas 3.500 watt kalau ingin mengisi ulang baterainya

Saat melakukan test drive Hyundai Ioniq, kami juga menjajal untuk mengisi ulang daya baterainya di rumah. Alat yang diberikan Hyundai adalah portable charger. Cara pakainya tidak sulit, cukup colok kabel ke sumber listrik dan ke mobil.

Hanya saja memang dibutuhkan daya listrik minimal sebesar 1.760 watt untuk pengisian baterai dengan mode 8A atau 8 Ampere. Itu pun waktu isi ulang baterai dari 0 hingga 100 persen sekitar 21 jam.

Kalau mau lebih cepat, kamu bisa pakai mode 12A atau 12 ampere sehingga cukup makan waktu 14,5 jam sampai penuh dari posisi nol. Tidak perlu ditunggu ketika isi ulang baterai, tinggal tidur juga tidak masalah.

Walau demikian, daya yang dibutuhkan dengan mode 12A jadi semakin besar, mencapai 2.640 watt. Amannya sih punya daya 5.500 watt di rumah.

Sebenarnya daya 3.500 Watt di rumah juga bisa, kami sudah mencobanya sendiri. Catatannya, peralatan lisrik lain yang berdaya besar seperti AC, pompa air, kompor listrik, harus dinonaktifkan.

“Kemudian yang perlu dipastikan, kalau ingin menggunakan mode 8A maka sumber listrik harus minimal MCB C10, untuk 10A dengan MCB C12, untuk 12A dengan MCB C14,” kata Assistant Manager Sales Operation Dept. PT Hyundai Motor Indonesia, Paulus Bayuardi Roosno pada Moladin.

Yang juga menarik, saat melakukan charge baterai Hyundai Ioniq di rumah, kami sempat merasakan ada aliran listrik di dekat pintu mobil. Tentu membuat kami kaget dan khawatir.

Walau demikian, menurut Bayuardi hal tersebut normal terjadi. Faktornya banyak, bisa karena ground kelistrikan di rumah yang kurang baik hingga kondisi tubuh yang terlalu kelelahan. Paling penting, aliran listrik itu masih dalam kondisi aman buat manusia alias tidak membahayakan.

Ketika kami mencoba melakukan charger baterai Hyundai Ioniq di kemudian hari. Sengatan listrik di pintu mobil pun tidak terjadi lagi. Sungguh pengalaman yang unik berkendara dengan kendaraan listrik.

Usai mengetahui kelebihan dan kekurangan dari hasil test drive Hyundai Ioniq di atas, apakah kamu tertarik untuk meminangnya?

Related posts

GJAW 2024 : Fakta Pabrikan Jepang “Sungkan” Lihat Gebrakan Mobil-mobil Baru Asal Cina?

inDrive.Kurir Gelar Lomba Berhadiah Liburan ke Bali

Fakta Menarik Marselino Ferdinan, Pernah Dapat Bonus Mobil dari Klub Eropa