Berikut akan kami ulas mengenai cara menghitung depresiasi mobil dan pengertiannya. Sebagimana diketahui bahwa setiap kendaraan akan menglamai depresiasi alias penurunan harga saat dijual kembali.
Bagi sebagian masyarakat di Indonesia, nilai depresiasi mobil menjadi salah satu pertimbangan saat mereka akan membeli mobil baru. Maka dari itu beberapa merek seperti Toyota dan Honda menjadi brand primadona karena harga unit bekasnya masih tergolong tidak terlalu turun.
Berbeda halnya dengan mobil Eropa seperti BMW, Mercedes-Benz dan Volkswagen, tiga merek asal Benua Biru itu harga unit bekasnya turun cukup drastis. Hal ini dikarenakan sebagian konsumen menganggap harga perawatan dan suku cadangnya mahal.
Pengertian Depresiasi Mobil
Sebelum membahas lebih jauh cara menghitung depresiasi mobil, ada baiknya kita mengulas pengertiannya. Depresiasi mobil adalah tingkat di mana kendaraan kehilangan nilainya dari waktu ke waktu. Setelah lima tahun, kendaraan dapat kehilangan kurang lebih setengah dari nilai totalnya, meskipun beberapa model mobil memiliki resistensi penyusutan lebih dari yang lain.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seberapa banyak penurunan nilai kendaraan (depresiasi) diantaranya seperti. Merek dan model, usia, kondisi, jarak tempuh, riwayat kepemilikan, dan bahkan warna kendaraan dapat mempengaruhi nilai mobil Anda.
Sebuah mobil baru biasanya akan terdepresiasi jauh lebih cepat daripada mobil bekas. Tapi dengan perawatan mobil yang dilakukan secara berkala, Anda dapat mempertahankan nilainya lebih lama.
Tidak ada yang bisa menentukan seberapa cepat sebuah mobil akan terdepresiasi. Dalam tahun pertama, sebagian mobil akan kehilangan 15% hingga 20% dari nilainya. Setelah itu, mobil mungkin kehilangan sekitar 8%-10% nilai lebih banyak per tahunnya.
Faktor Yang Mempengaruhi Depresiasi Mobil
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi depresiasi mobil. Diantaranya adalah:
-
Pergeseran preferensi konsumen: Seperti tren mode, selera orang terhadap mobil cenderung berubah-ubah. Seperti contohnya di era 1990 an, orang-orang lebih suka dengan mobil sedan. Beberapa tahun kemudian, mereka lebih memilih MPV dan sekarang tren sudah mengarah ke SUV. Jadi, adanya pergeseran mobil ini juga secara langsung berdampak pada tingkat depresiasi. Model mobil yang lebih populer tidak akan terdepresiasi lebih cepat daripada yang lain.
-
Kondisi kendaraan: Kerusakan pada mobil baik pada eksterior maupun interior akan mengurangi nilai mobil saat akan dijual nanti.
-
Umur kendaraan: Semakin tua kendaraan, semakin rendah nilainya dengan pengecualian tertentu, seperti mobil klasik misalnya.
-
Jarak tempuh: Semakin banyak jarak tempuh yang sudah Anda lalui, maka akan semakin sedikit nilai mobil Anda. Tetapi jika Anda dapat menjaga jarak tempuh mobil, maka nilai jual mobil Anda pun bisa tetap tinggi.
-
Konsumsi bahan bakar: Mobil yang mampu memiliki konsumsi bahan bakar yang baik akan tetap memiliki nilai jual yang tinggi di mata konsumen dengan pengecualian tertentu. Misalnya mobil klasik atau mobil hobby.
- Asal Mobil: Pelat nomor kendaraan atau asal mobil juga berpengaruh pada nilai depresiasi. Namun hal ini berlaku untuk wilayah masing-masing. Misalnya untuk mobil berpelat Jakarta tentu harganya lebih bagus dibanding mobil berpelat Jambi jika dijual di Jakarta sendiri, begitu pula sebaliknya.
Cara Menghitung Nilai Depresiasi Mobil
Seperti kami sebutkan sebelumnya bahwa nilai penyusutan (depresiasi) mobil pada umumnya, yakni sekitar 15-20% per tahunnya. Nah, agar bisa mengetahui tentang perhitungan depresiasi mobil dengan lebih jelas, berikut adalah contoh perhitungannya.
Misalnya saja, kita membeli sebuah mobil dengan harga Rp 300 juta. Mobil ini tergolong baru, dan langsung dibeli dari showroom. Di tahun pertama, mobil akan mengalami penyusutan sekitar 15-20%, yang apabila dirupiahkan, nilainya mencapai Rp 45 juta sampai 60 juta. Jadi, nilai mobil di tahun pertama setelah terdepresiasi adalah Rp 240 juta (Rp 300 juta – Rp 60 juta).
Di tahun kedua, mobil mengalami penyusutan sekitar 8% hingga 10% saja. Dari nilai mobil yang sudah terdepresiasi di tahun pertama, diperoleh nilai depresiasi dari tahun kedua sebesar Rp 24 juta (Rp 240 juta x 10%). Jadi, nilai mobil tadi di tahun kedua adalah Rp 216 juta (Rp 240 juta – Rp 24 juta).
Tips Meminimalisir Nilai Depresiasi Mobil
Setelah mengetahui cara menghitung depresiasi mobil, selanjutnya akan kami informasikan beberapa tips meminimalisir nilai depresiasi mobil. Diantaranya adalah:
1. Batasi frekuensi mengemudi
Berkendara kurang dari 15.000 kilometer per tahun tidak hanya membuat grafik di odometer tetap rendah, tetapi juga mengurangi risiko kecelakaan dan kerusakan. Selain itu, kilometer yang rendah juga membuktikan bahwa unit mobil memang jarang digunakan, dengan kata lain kondisi umumnya masih segar.
2. Simpan mobil di garasi atau tempat tertutup
Mengurangi paparan matahari secara langsung akan mempertahankan kualitas cat dan melindungi dari kerusakan akibat cuaca buruk seperti badai atau hujan berintensitas tinggi. Sebab, kualitas warna mobil sangat berpengaruh pada nilai jual mobil bekas.
3. Lakukan perawatan rutin pada kendaraan
Patuhi saran dari pabrikan tentang kapan harus mengganti oli, ban, dan banyak lagi. Usahakan pula melakukan servis berkala di bengkel resmi agar servis berkala jelas terekam.
4. Jaga Kebersihan Interior Mobil
Selain bagian eksterior (body), menjaga kebersihan kabin interior juga penting dilakukan agar nilai jual mobil bekas (depresiasi) tidak terlalu turun. Hindari merokok dalam kabin mobil karena bisa menyebabkan bau tak sedap.
Moladiners, itulah ulasan mengenai cara menghitung depresiasi mobil beserta pengertian dan faktor-faktornya. Simak terus Moladin.com untuk informasi otomotif menarik lainnya.