Ada optimisme yang hendak disebar saat pembukaan GJAW 2024 pada 22 November lalu. Pameran otomotif akhir tahun yang diinisiasi GAIKINDO tersebut dibuka secara resmi oleh Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai wujud dukungan penuh pemerintah.
GJAW 2024 menggandeng Mandiri Utama Finance (MUF) dihelat untuk lebih mendorong penjualan kendaraan di akhir tahun. Diikuti oleh lebih dari 80 merek industri otomotif yang terdiri dari 28 merek kendaraan penumpang dan komersial.
Mulai dari Aletra, BAIC, BMW, BYD, Chery, Citroen, Daihatsu, Ford, GAC Aion, Honda, KIA, Lexus, Mazda, Maxus, Mercedes-Benz, MG, MINI, Mitsubishi Motors, Neta, Nissan, Subaru, Suzuki, Toyota, VinFast, Volkswagen, Wuling, dan Zeekr serta Toyota Commercial.
Juga segmen kendaraan roda dua, sebanyak 14 merek, seperti Alva, Aprilia, Ducati, Harley-Davidson, Motoguzzi, Piaggio, Rakata, Royal Alloy, Royal Enfield, Scomadi, Vespa, V Move, Yamaha dan ZPT, turut serta untuk menambah ragam pilihan pengunjung. Plus lebih dari 40 merek industri pendukung turut meramaikan GJAW 2024.
“Saya sampaikan apresiasi sebesar besarnya kepada GAIKINDO yang bersama Mandiri Utama Finance di dalam kelesuan market yang dihadapi industri otomotif kita, menggelar Jakarta Auto Week. Saya yakin bahwa gelaran GJAW ini akan membantu kembali menggeliatnya sales industri otomotif di Indonesia,” kata Agus Gumiwang (22/11).
‘Ngerem’ Soal Optimisme
GJAW 2024 yang seharusnya menjadi momentum untuk menyemarakkan penjualan justru dihantui rencana kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12%. Kenaikan tarif PPN tersebut bakal diberlakukan mulai 1 Januari 2025 menimbulkan penolakan termasuk di sektor otomotif.
Penerapan PPN 12% disinyalir berdampak pada harga jual mobil baru dan menurunkan daya beli masyarakat terhadap pembelian mobil. “Kalau kita bisa menyesuaikan dengan kondisi ekonomi saat ini kalau bisa jangan terlalu drastis (penurunannya), Gaikindo pak Nangoi jangan sampai ada PHK ya,” kilah Yohannes Nangoi, Ketua Umum GAIKINDO.
Terkait rencana kenaikan tarif PPN 12% juga dikhawatirkan, akan bikin pasar otomotif nasional makin lesu. Bahkan bukan tidak mungkin jauh mencapai target penjualan sebanyak 850.000 unit pada tahun depan.
“Kalau dampak daripada kenaikan pajak pasti akan memukul penjualan. Jika dibandingkan di negara tetangga Malaysia justru disana kan insentifnya jalan terus karena pemerintah bisa mendapatkan income dengan menaikan pajak tapi bisa menambahi juga kenaikan volumenya,” tukas Nangoi lagi.
“Minat pembelian juga pasti akan berdampak dengana danya kenaikan pajak yang cukuo signifikan karena kita cukup sensitive terhadap pajak karena masih belum jelas dikategorikan karena belum jelas kenaikannya berapa banyak BBNKB-nya dan saya lihat dampaknya bisa merata (semua kalangan) kecuali mobil kelas atas dampaknya agak lebih kecil tapi volume kita di kelas bawah itulah yang paling berdampak,” urainya lagi.
Meski harus diakui momentum GJAW 2024 cukup menarik mengingat ada beberapa brand otomotif baru hadir. Mulai dari Zeekr, Aletra, Maxus, Ford yang diproyeksi juga akan akan berinvestasi membangun pabrik kedepannya.
“Itu yang kita nantikan (pembangunan pabrik), tapi kita mesti melihat, mereka berencana membangun di Indonesia dan berinvestasi disini itu sangat positif. Nah, yang kita harus jaga marketnya jangan sampai turun karena kalau marketnya gak menarik mereka pasti akan batal,” kata Nangoi lagi
“Kita sangat khawatir marketnya jangan sampai turun. Kita mengharapkan makin banyak investor makin banyak mobil lahir di Indonesia, kita sangat khawatir marketnya jangan sampai berdampak. Semakin banyak investor maka makin banyak tenaga kerja yang diserap dan ekspor akan makin banyak,” harapnya.
Simak terus Moladin.com & channel Google News Moladin untuk informasi otomotif menarik lainnya