Masa kejayaan General Motors di Cina berakhir? General Motors (GM) melakukan pemutusan hubungan kerja di Cina, termasuk pada departemen penelitian dan pengembangan.
Perusahaan otomotif asal Detroit, Amerika Serikat ini berencana bertemu dengan mitra lokalnya, SAIC Motor, untuk merencanakan perombakan besar-besaran pada perusahaannya.
Langkah ini memberi gambaran jika GM tidak berharap penjualannya kembali ke puncak seperti pada tahun 2017 di negeri Tirai Bambu. Saat itu penjualan mobil Amerika di China bahkan lebih banyak di banding penjualan di negaranya sendiri.
Melalui keterangan resminya dikutip Straitstime 14 Agustus 2024, GM berfokus untuk mengalihkan produksi ke kendaraan listrik (EV) dan model premium, serta mengurangi kapasitas produksi.
Perusahaan juga mempertimbangkan untuk melakukan pemangkasan tambahan pada tenaga kerja. Namun, GM akan terus memproduksi kendaraan murah dan EV melalui joint venture dengan SAIC dan Wuling Motors.
Dalam laporan keuangannya, GM mengakui bahwa produsen mobil domestik di Cina lebih mementingkan pangsa pasar daripada keuntungan, yang membuat sulit untuk mempertahankan volume penjualan.
Pada kuartal terakhir yang berakhir 30 Juni, GM mengalami kerugian sebesar USD 104 juta (sekitar Rp1,6 triliun) di pasar China, dengan total kerugian pada paruh pertama tahun ini mencapai USD 210 juta.
Penjualan GM di China turun 29 persen menjadi 373.000 unit kendaraan, dengan merek AS seperti Buick, Cadillac, dan Chevrolet mengalami penurunan tajam. Sebaliknya, penjualan kendaraan kecil dan murah dari SAIC-GM-Wuling hanya turun 12 persen.
GM melihat bahwa kemitraan ini memiliki prospek lebih baik, mengingat permintaan untuk EV kompak di China masih meningkat. Sementara itu dengan kebijakan yang pemerintah China berikan pada perusahaan mobil listrik di China, langkah GM semakin sempit untuk bersaing di negara Tirai Bambu tersebut.
Merek-merek Lokal China Mulai Ambil Alih Pasar
Michael Dunne, mantan eksekutif GM, menyatakan bahwa “Pangsa pasar kendaraan listrik akan melonjak hampir 50% tahun ini, naik dari hanya 6% pada 2020. Merek-merek mobil China, yang kini dianggap lebih ‘keren,’ telah mengambil alih pasar, sementara merek global seperti BMW dan Buick mulai terlihat ketinggalan zaman.”
Staritstime juga menulis, GM saat ini berupaya menempatkan kemitraan SAIC-GM pada posisi keuangan yang lebih kuat, agar mampu mendanai operasinya sendiri serta program pengembangan kendaraan ke depan.
Demikian ulasan Masa Kejayaan GM di China Berakhir. Simak terus Moladin.com untuk update berita terbaru seputar otomotif.