Pakai Busi Racing untuk Penggunaan Harian, Aman Gak?

by Jinny
Busi Racing Untuk Harian

Masyarakat awam kerap menganggap bahwa komponen motor dengan performa tinggi merupakan pilihan terbaik. Harapannya, keberadaan komponen tersebut mendorong performa motor menjadi lebih baik. Dengan pandangan seperti itu, tak heran kalau banyak pengguna motor yang memilih busi racing untuk harian.

Namun, apakah fakta yang terjadi di lapangan memang seperti anggapan umum masyarakat? Hal yang perlu moladiners perhatikan, pemakaian berbagai jenis komponen harus disesuaikan dengan jenis motor. Demikian pula terkait busi. Setiap tipe motor memiliki spesifikasi penggunaan busi yang berbeda-beda.

Lalu, bagaimana dampaknya pemakaian busi racing untuk harian? Sesuai dengan namanya, busi racing merupakan jenis busi yang ditujukan secara khusus untuk motor di sirkuit balap. Busi tersebut didesain memiliki ketahanan terhadap rasio kompresi, getaran, suhu, ataupun pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan motor biasa.

Jadi, bisa dibilang bahwa penggunaan busi racing pada motor harian merupakan hal yang mubazir. Bahkan, ada beberapa dampak buruk yang bisa muncul karena kebiasaan seperti ini, di antaranya:

 

[product product=”Yamaha Lexi” images=”https://cdn.moladin.com/motor/yamaha/Yamaha_Lexi_14583_69954_large.jpg” url=”https://moladin.com/motor/yamaha/yamaha-lexi” price=”Rp. 700.000,-*” description=”*DP mulai dari” button=”AJUKAN SEKARANG”]

 

Misfiring

Misfiring

 

Dampak buruk yang kemungkinan besar terjadi karena penggunaan busi racing pada motor harian misfiring. Motor yang mengalami misfiring tidak bisa melakukan pembakaran secara normal. Karena terjadinya kegagalan pengapian pada motor, mesin tidak akan bisa menyala. Motor harian yang menggunakan busi racing pun akan lebih sulit dinyalakan, terutama ketika pada kondisi mesin dingin.

Baca juga  Pasca Mudik Menggunakan Motor, Komponen Ini Wajib di Cek Sob!

 

Deposit Karbon Berlebih

Deposit Kabon berlebih

Pemakaian busi untuk motor racing pada motor harian juga bisa menimbulkan tumpukan karbon pada ruang mesin. Deposit karbon tersebut merupakan imbas ketika mesin gagal dalam melakukan pengapian (misfiring).

Ketika Moladiners menyalakan mesin motor, ada sebagian bahan bakar yang masuk ke bagian mesin. Karena terdapat kegagalan dalam pengapian, bahan bakar yang sudah telanjur masuk ke dalam mesin itu tidak mengalami pembakaran dan akhirnya menjadi tumpukan karbon.

Kalau kondisi ini terus berlanjut dan tidak diperbaiki, performa mesin akan mengalami penurunan. Mesin tidak akan mampu mengeluarkan power serta torsi secara maksimal. Kondisi tersebut akan tetap muncul meski moladiners sudah menarik gas dan mesin mencapai RPM tinggi.

Tumpukan karbon pada ruang mesin juga bisa menimbulkan pemborosan bahan bakar. Keberadaannya mengakibatkan sebagian bahan bakar mengendap dan kemudian mempertebal tumpukan karbon. Tidak hanya itu, deposit karbon juga berpengaruh pada pembakaran, sehingga membuat proses pembakaran tidak berlangsung secara sempurna.

 

Knocking

Knocking mesin

Moladiners tentu cukup sering menemukan fenomena mesin motor dengan disertai suara mengelitik. Mesin yang memiliki permasalahan knocking biasa disertai dengan adanya getaran. Kalau problem ini tidak segera diatasi, dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin motor.

Baca juga  Performa Angin-Anginan di MotoGP, Zarco Bakal Hijrah ke WorldSBK?

Lalu, apa yang membuat pemakaian busi racing untuk harian bisa menyebabkan knocking pada mesin? Knocking dapat terjadi saat mesin mengalami misfiring. Selain itu, knocking juga bisa menjadi imbas tambahan ketika terdapat penumpukan karbon pada bagian dalam mesin.

 

Overheat

Mesin Motor Cepat Panas

Pemakaian jenis busi yang tidak tepat juga bisa mengakibatkan overheat atau panas yang berlebih pada mesin motor. Ketika mesin sudah pada titik yang terlalu panas, bisa berakibat mesin mati secara tiba-tiba. Fenomena overheat yang disebabkan oleh pemilihan busi yang salah dapat terjadi karena dua faktor.

Faktor pertama adalah overheat yang merupakan imbas karena mesin mengalami knocking. Problem knocking memicu peningkatan temperatur pada ruang pembakaran mesin. Tidak hanya itu, kemunculan getaran juga membuat suhu mesin jadi lebih panas.

Faktor kedua adalah ketika pemasangan busi yang salah dan terlalu kendor. Ketika pemasangan busi dilakukan dengan tidak tepat, membuat pelepasan panas pada busi tidak bisa berlangsung dengan baik. Akibatnya, suhu busi meningkat secara drastis dan bahkan bisa melebihi angka 800 derajat Celcius.

 

[product product=”Honda Beat All New eSP” images=”https://cdn.moladin.com/motor/honda/Honda_Beat_All_New_eSP_2080_84935_large.jpg” url=”https://moladin.com/motor/honda/honda-beat-all-new-esp-matic-4-langkah-sohc-110cc” price=”Rp. 680.000,-*” description=”*Angsuran mulai dari” button=”AJUKAN SEKARANG”]

 

Elektroda Busi Meleleh

Elektroda Busi Meleleh

Efek buruk yang kelima dari penggunaan busi racing untuk harian adalah risiko elektroda busi meleleh. Moladiners tentu paham bahwa pihak pabrikan sudah mendesain setiap komponen pada busi sehingga tahan terhadap panas. Bahkan, di dalamnya juga telah disertai insulator panas.

Baca juga  Honda ADV 150 Punya Kembaran, Namanya Honda BeAT ADVenture

Namun, pemakaian jenis busi yang tidak tepat pada motor harian bisa menimbulkan elektroda busi meleleh. Sumber permasalahan yang menjadi pemicu melelehnya elektroda tersebut adalah karena adanya kemungkinan terjadinya pengapian dini akibat penggunaan busi racing.

Pengapian dini berpeluang memicu proses pembakaran yang berlangsung lebih lama. Ketika kondisi ini berlangsung dalam waktu cukup panjang, elektroda busi bisa memuai dan akhirnya meleleh. Selanjutnya, lelehan elektroda tersebut bisa masuk ke dalam ruang mesin dan menganggu performanya.

Dengan mempertimbangkan risiko tersebut, Moladiners perlu memilih jenis busi yang tepat. Ada 2 jenis busi yang bisa ditemui di pasaran, yakni busi dingin yang ditujukan pada motor racing serta busi panas yang didesain untuk motor harian. Jangan salah pilih, ya!

 

Baca Juga :

 

Related Articles

Moladin Digital Indonesia








Logo Kementerian Komunikasi dan Informatika