Mobil penggerak roda belakang atau Rear Wheel Drive (RWD) sejak lama menjadi pilihan banyak orang di Indonesia. Sebelum era penggerak roda depan (FWD) begitu populer di pasar otomotif nasional, sistem RWD lebih dulu hadir di berbagai segmen kendaraan.
Sistem ini tidak hanya ditemukan pada mobil penumpang, tetapi juga masih diandalkan untuk kendaraan niaga seperti truk dan bus. Meski belakangan pabrikan mulai berlomba-lomba mengeluarkan model FWD karena efisiensi bahan bakar, mobil dengan penggerak roda belakang tetap memiliki penggemar tersendiri.
Ada beberapa model RWD yang terkenal di Indonesia, misalnya Toyota Avanza generasi awal hingga 2021, Daihatsu Xenia generasi awal hingga 2021, Wuling Confero, Toyota Rush, dan Daihatsu Terios.
Bahkan mobil-mobil SUV menengah seperti Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero Sport umumnya mengandalkan basis RWD, meski beberapa trim menawarkan opsi 4WD. Meskipun Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia keluaran terbaru sudah beralih ke FWD, unit generasi sebelumnya masih banyak beredar dengan sistem penggerak roda belakang.
Bagi konsumen yang mengincar mobil bekas, keberadaan RWD pada Avanza-Xenia lawas bisa menjadi poin plus karena dinilai lebih tangguh di medan menanjak.
Sistem Penggerak Roda Belakang dan Komponennya
Mobil RWD menyalurkan tenaga dari mesin ke dua roda di bagian belakang. Menurut laman resmi Suzuki, konsep ini termasuk salah satu varian 2WD (two-wheel drive).
Cara kerjanya dimulai saat mesin menghasilkan tenaga yang kemudian dialirkan ke transmisi. Setelah melewati proses peralihan gigi, output dari transmisi diteruskan ke propeller shaft (kopel) yang berada di bawah lantai mobil.
Propeller shaft ini berbentuk tabung logam panjang yang menghubungkan transmisi di depan dengan gardan di bagian belakang.
Gardan berfungsi membagi torsi ke roda kiri dan kanan. Proses ini memungkinkan roda belakang berputar sesuai kebutuhan, terlebih ketika mobil berbelok. Gardan juga membantu menyesuaikan selisih putaran antara roda kiri dan kanan, sehingga traksi tetap optimal di berbagai kondisi jalan. Kinerja gardan didukung oleh as roda belakang yang menghubungkan gardan dengan masing-masing roda.
Sistem inilah yang membuat mobil dengan penggerak roda belakang memiliki bobot lebih besar ketimbang mobil FWD, karena penggunaan lebih banyak komponen mekanis.
Keunggulan mobil RWD terlihat saat menghadapi medan menanjak. Daya dorong dari belakang dianggap lebih stabil, terutama ketika titik berat mobil cenderung berpindah ke belakang saat menanjak.
Hal ini membuat ban belakang memiliki cengkeraman yang baik. Namun, penggunaan propeller shaft dan gardan menambah berat mobil sehingga ruang kabin bisa berkurang, sebab terdapat “terowongan” di bawah lantai.
Inilah sebabnya mengapa mobil RWD kerap kita temui di segmen MPV menengah hingga SUV, di mana kapasitas mesin dan dimensi bodi relatif besar.
Daftar Mobil RWD yang Populer di Indonesia
Di pasar otomotif Indonesia, beberapa model RWD cukup mencolok hingga sekarang. Meskipun beberapa sudah berganti generasi dengan FWD, varian bekasnya masih diminati karena ketangguhan di beragam medan.
Berikut sejumlah contoh yang bisa ditemukan:
Toyota Avanza (Generasi Lama, Pra-2022)
MPV tujuh penumpang ini sempat menjadi ikon mobil keluarga di Tanah Air. Generasi pertamanya menggunakan RWD yang dipuji karena sanggup menghadapi jalan menanjak atau sarat beban.
Meskipun sejak 2022 Avanza berubah menjadi FWD, unit RWD bekas tetap beredar luas.
Daihatsu Xenia (Generasi Lama, Pra-2022)
Kembaran Avanza ini turut mengusung RWD pada versi lama. Banyak konsumen yang menilai mobil ini memiliki perawatan mudah dan suku cadang melimpah.
Xenia RWD pun masih laris manis di pasar mobil bekas, terutama di daerah pegunungan.
Wuling Confero
Merek asal Tiongkok ini masuk ke segmen low MPV dan memilih sistem RWD untuk Confero. Sejak awal peluncurannya, Wuling Confero menekankan keunggulan kabin lega, fitur memadai, serta ketangguhan meski harganya terbilang kompetitif.
Penggunaan RWD membuatnya tetap stabil saat di tanjakan.
Toyota Rush
Small SUV satu ini masih mempertahankan RWD di generasi terbarunya. Dibuat berbasis sama dengan Daihatsu Terios, Rush menyuguhkan ground clearance yang cukup tinggi, cocok untuk pemakaian di dalam kota maupun di jalur berbatu.
Bagi yang suka kepergian ke luar kota, RWD bisa menjadi jaminan kehandalan melewati tanjakan curam.
Daihatsu Terios
Sebagai kembaran Toyota Rush, Terios mengusung RWD dengan konsep bodi SUV ringkas. Karakter ini diminati karena memberi ketenangan ketika menjelajah jalur menanjak dan berbatu.
Ruang kabin yang mampu menampung tujuh penumpang juga menjadi nilai tambah, meskipun bagasinya tidak terlalu luas.
Toyota Fortuner
Di kelas SUV ladder frame, Fortuner menggunakan basis RWD untuk varian 4×2 dan 4WD untuk varian tertinggi. Sistem penggerak ini memberi kekuatan di medan off-road ringan dan menanjak.
Fortuner juga hadir dengan mesin bensin maupun diesel, sehingga konsumen dapat memilih sesuai preferensi.
Mitsubishi Pajero Sport
Pajero Sport pun tersedia dalam pilihan 4×2 (RWD) dan 4WD. Dengan ground clearance tinggi dan fitur canggih, mobil ini kerap menjadi pilihan untuk touring jarak jauh.
Varian RWD-nya tetap tangguh di jalur pegunungan, meski tidak seefisien FWD soal konsumsi BBM.
Cara Kerja Mobil Penggerak Roda Belakang

Sistem RWD bergerak berdasarkan perputaran ban belakang. Mesin yang berada di depan, menghantarkan tenaga ke ban belakang.
Pada mobil RWD, mesin biasanya terletak di bagian depan. Dari mesin, tenaga disalurkan ke transmisi yang berada di belakang blok mesin. Setelah melalui gigi transmisi, keluarlah tenaga melalui output shaft yang terhubung dengan propeller shaft.
Ini adalah batang logam panjang yang bergerak rotasi sesuai putaran mesin. Ujung propeller shaft lainnya menempel pada gardan di as belakang.
Gardan bekerja mengalirkan torsi pada kedua roda belakang. Dengan differential gear di dalamnya, gardan memastikan masing-masing roda dapat berputar pada kecepatan berbeda, menyesuaikan jalur ketika mobil berbelok.
RWD menciptakan dorongan dari belakang, sehingga sering dibilang handling terasa lebih natural ketika roda depan dikhususkan untuk kemudi.
Penggunaan sistem RWD dalam mobil penumpang berukuran sedang hingga besar juga memudahkan pabrikan mengaplikasikan mesin bertenaga lebih besar. Beban torsi yang melewati propeller shaft dapat diatur, sedangkan roda depan terbebas dari beban penggerak.
Mobil-mobil sport pun banyak yang memakai RWD demi stabilitas dan kenyamanan mengemudi, walaupun belakangan hadir pula sportscar dengan penggerak all-wheel drive (AWD).
Kelebihan Mobil Penggerak Roda Belakang

Karena beban yang dibagi dan disalurkan ke bagian belakang, maka mobil penggerak roda belakang memilki keseimbangan yang lebih baik.
Ada beberapa poin utama yang membuat RWD masih diminati meski tren otomotif modern cenderung ke FWD:
Komponen penggerak lebih awet
Pada mobil RWD, pembagian tugas roda depan dan belakang lebih jelas. Roda depan fokus untuk kemudi, sedangkan roda belakang mengurus tenaga. Inilah yang membuat suspensi dan roda depan tidak terlalu terbebani tugas ganda.
Usia pemakaian ban, suspensi, dan tie rod bisa relatif lebih panjang dibanding mobil FWD, terutama jika mobil rutin dipakai di medan berat.
Handling lebih baik
Sportscar dan sedan mewah kerap menggunakan RWD karena mengutamakan keseimbangan. Tugas roda belakang untuk meneruskan tenaga, sementara roda depan bertanggung jawab untuk pengendalian.
Hasilnya, respons setir lebih komunikatif. Saat berbelok, mobil terasa memiliki grip yang stabil karena roda depan tidak terbebani perpindahan torsi.
Lebih tangguh di tanjakan
Ketika menanjak, bobot kendaraan otomatis tertarik ke belakang. Pada mobil RWD, hal ini justru memperkuat traksi karena roda belakang menerima beban ekstra yang menekan ban ke permukaan jalan.
Inilah mengapa banyak kendaraan niaga atau mobil di wilayah pegunungan memilih sistem RWD. Ban depan relatif bebas dari kehilangan traksi karena posisinya tidak menjadi titik utama penggerak.
Kekurangan Mobil Penggerak Roda Belakang

Mobil penggerak roda belakang juga rentan terjadi oversteer, atau mudah “ngesot”
Meski punya banyak sisi positif, RWD tidak lepas dari beberapa kelemahan:
Bobot lebih berat
Karena adanya komponen tambahan seperti propeller shaft, gardan, dan as roda belakang, mobil RWD biasanya lebih berat dibanding FWD. Bobot besar ini sedikit banyak memengaruhi konsumsi bahan bakar.
Proses perpindahan tenaga pun tidak seefisien FWD, karena adanya energi yang hilang di sepanjang jalur drive shaft.
Berpotensi oversteer
RWD cenderung mudah terjadi oversteer bila pengemudi tidak mampu mengendalikan putaran roda belakang dengan baik. Saat pedal gas diinjak terlalu agresif, roda belakang bisa kehilangan cengkeraman, menyebabkan mobil melintir.
Itulah mengapa drift car kebanyakan RWD, karena roda belakang sengaja dibuat slip untuk menari di lintasan.
Kabin kurang lapang
Pada mobil penumpang yang dirancang RWD, sering ada terowongan di bawah lantai untuk menempatkan propeller shaft.
Terowongan inilah yang membuat ruang kaki di bangku tengah atau belakang tidak benar-benar rata. City car atau MPV kecil umumnya memilih FWD untuk memaksimalkan ruang kabin.
Relevansi Mobil RWD di Pasar Indonesia
Meskipun kini banyak produsen beralih ke FWD karena efisiensi bahan bakar, pasar RWD di Indonesia tidak lantas hilang. Beberapa konsumen masih memilih RWD untuk daya tahan, kemampuan menanjak, serta kekuatan menahan beban berat.
Bagi yang tinggal di wilayah pegunungan atau sering membawa penumpang penuh, mobil RWD bisa menjadi opsi menarik. Begitu pula di dunia bisnis, kendaraan niaga RWD lebih dipercaya untuk mengangkut barang.
Contohnya Toyota Rush dan Daihatsu Terios baru masih setia memakai RWD, karena dianggap cocok dengan karakter SUV yang terkadang melalui jalanan non-aspal. Wuling Confero pun menawarkan opsi MPV murah dengan performa andal di tanjakan.
Pemilik mobil seperti Fortuner dan Pajero Sport juga menyukai gagasan bahwa mobil mereka dapat diandalkan di berbagai medan, meski hanya mengandalkan varian 4×2.
Tips Merawat Mobil RWD
Bagi pemilik mobil RWD, perawatan rutin sangat dianjurkan. Mulai dari pemeriksaan oli gardan, pelumas propeller shaft (jika ada), hingga inspeksi sambungan U-joint agar tetap lancar.
Pastikan pula transmisi berfungsi normal, karena jika terjadi kebocoran oli di transmisi, penyaluran tenaga ke propeller shaft akan terganggu.
Ban belakang juga perlu mendapat perhatian ekstra. Karena roda belakang bertugas meneruskan tenaga, ban belakang akan lebih cepat aus ketimbang ban depan pada mobil RWD. Rotasi ban secara berkala bisa membantu pemerataan keausan.
Jika sering melewati tanjakan atau membawa muatan penuh, ada baiknya rutin memeriksa keausan ban agar tetap aman saat berkendara.
Kenapa Mobil Drift dan Balap Kerap Memakai RWD?
Mobil drift adalah contoh terbaik tentang bagaimana RWD memungkinkan roda belakang slip dengan mudah. Dengan mematikan kontrol traksi dan menekan pedal gas, roda belakang dapat kehilangan cengkeraman, sehingga mobil bergerak miring.
Pengemudi lalu menggunakan kemudi depan untuk mengendalikan arah selip. Proses inilah yang menjadi inti atraksi drifting.
Di dunia balap profesional, RWD memudahkan pembalap untuk mengatur distribusi berat dan manipulasi traksi di tikungan. Pengemudi dapat melakukan power slide lebih mudah, memanfaatkan bobot di roda belakang untuk akselerasi keluar tikungan.
Meski AWD menjadi pesaing kuat dalam balap modern, banyak pembalap tetap menyukai sensasi kendali yang ditawarkan RWD.
Mobil dengan penggerak roda belakang memiliki keunikan tersendiri dalam hal performa, handling, dan kemampuan di medan menanjak. Daftar model RWD di Indonesia seperti Toyota Avanza (generasi lama), Daihatsu Xenia (generasi lama), Wuling Confero, Toyota Rush, Daihatsu Terios, Toyota Fortuner, dan Mitsubishi Pajero Sport membuktikan bahwa sistem ini masih relevan untuk berbagai kebutuhan.
Meski bobotnya lebih berat dan berpotensi oversteer, RWD menawarkan daya tahan komponen dan sensasi berkendara yang tetap digemari banyak orang.
Jika kamu mempertimbangkan membeli mobil RWD, semoga ulasan ini dapat menjadi bahan pertimbangan. Simak terus Moladin.com untuk update berita otomotif terbaru.