Ternyata ada negara-negara yang tolak mobil listrik, bahkan meraka mau membuat aliansi. Hal tersebut dikarenakan, menurut mereka mobil listrik bukanlah satu-satunya jawaban untuk membentuk lingkungan rendah emisi.
Kebanyakan negara penolak tersebut, justru dari benua Eropa. Jerman bahkan salah satunya. Der Panzer dilaporkan segera membuat aliansi negara-negara yang menolak dimatikannya mobil konvensional dengan mesin pembakaran internal demi percepatan mobil listrik.
“Menurut kami, pelarangan mobil mesin bakar internal (combustion engine) adalah suatu pendekatan yang salah, terlebih ketika mobil itu tetap bisa ramah lingkungan,” kata Menteri Transportasi Jerman, Volker Wissing seperti dikutip dari Reuters.
Jerman tidak sendirian, Italia juga menjadi salah satu negara yang tolak mobil listrik. Bahkan Republik Ceko, Polandia, Rumania, Hungaria, dan Slovakia pun bakal ikut serta. Hal ini ditandai dengan siap digelarnya pertemuan para menteri transportasi negara-negara Eropa tersebut.
Sikap ini, tentu bertentangan dengan Uni Eropa yang diketahui mulai 2035 akan melarang mobil-mobil dengan mesin pembakaran internal diproduksi. Seluruh mobil baru yang dijual harus mobil listrik dan jenis elektrifikasi lainnya seperti hybrid dan plug-in hybrid.
Swiss dan Amerika Serikat Pernah Larang Warga Cas Mobil Listriknya
Swiss pernah melarang warganya untuk cas mobil dan motor listriknya di musim dingin. Dilansir dari laman Drivespark, alasannya sumber listrik dari negara tersebut 60 persen berasal dari pembangkit bertenaga air.
Jika musim dingin melanda, pasokan setrum menjadi menurun drastis. Alhasil pemerintah harus menggunakan sumber energi alternatif yang didapatkan dengan cara membeli dari negara lain. Hal ini pun diperkeruh krisis antara Rusia dan Ukraina, yang membuat harga energi listrik menjadi mahal.
Dilaporkan, bahwa pemerintah Swiss sudah membuat rencana konservasi energi yang dibagi menjadi dua tahap, yakni krisis dan darurat. Pada tahap awal, setiap rumah akan dihangatkan hanya hingga suhu 20 derajat Celcius. Apabila kondisi semakin memburuk, maka penggunaan listrik akan semakin dibatasi ke hal-hal yang sifatnya darurat saja seperti kebutuhan rumah sakit dan kantor polisi.
Sementara itu, Amerika Serikat juga pernah meminta warganya untuk tidak mengecas mobil listrik di waktu-waktu tertentu terlebih ketika hawa panas melanda. Pasalnya momen tersebut, penggunaan energi listrik sedang tinggi-tingginya untuk kebutuhan penyejuk ruangan. Bila ditambah lagi dengan cas mobil listrik, pastilah pemakaian listrik akan berlebih. Maka dari itu, pemerintah California mengeluarkan edaran agar warganya tidak cas mobil listrik pada jam 4-9 malam pada tahun 2022 lalu.
Ini membuktikan bahwa penggunaan mobil listrik secara berlebihan juga bisa berefek ke hal yang tidak baik. Utamanya dari sisi pasokan energi listrik yang menipis.
BBM Sintetis atau eFuel Bisa Jadi Solusi
Lalu apa solusi dari negara yang tolak mobil listrik? Volker Wissing mengatakan bahwa tidak harus memastikan semua mobil berubah ke arah elektrifikasi untuk jadi ramah lingkungan. Ada cara lain yang bisa dilakukan, seperti tetap mempertahankan mesin pembakaran internal yang menggunakan BBM sintetis.
“Kami ingin membentuk transformasi dengan cara yang terbuka secara teknologi. Ini termasuk mendaftarkan mobil baru di luar tahun 2035 jika mereka ditenagai secara eksklusif dengan bahan bakar sintetis dengan cara yang netral terhadap iklim,” jelas dia.
Lalu apa itu BBM sintetis? Salah satu yang Moladin ketahui adalah eFuel yang saat ini sedang dikembangkan oleh Porsche dan Siemens Energy. Sederhananya, eFuel adalah bahan bakar yang terbuat dari air dan karbondioksida yang memanfaatkan energi angin, sehingga menghasilkan emisi CO2 mendekati netral. Menariknya, BBM eFuel ini bisa digunakan untuk kendaraan bermesin bensin biasa.
Dengan eFuel, mobil bermesin bensin akan bisa sama ramah lingkungannya dengan mobil listrik di masa depan. Efeknya tentu, mobil bermesin bensin tidak bakal punah.
“Potensi eFuel sangat besar. Saat ini ada lebih dari 1,3 miliar mobil dengan bahan bakar bensin di seluruh dunia… Efuel menawarkan pemilik mobil tersebut alternatif untuk mencapai emisi carbon-neutral,” kata Member of the Excecutive Board for Develpopment and Research Porsche AG, Michael Steiner.
Pertanyaannya apakah eFuel benar-benar bisa jadi solusi? Atau mobil listrik tetap akan menjadi raja di masa depan? Demikian ulasan negara yang tolak mobil listrik. Bagaimana menurut kamu? Simak terus Moladin.com untuk update berita terbaru seputar otomotif.