Berikut Moladin sampaikan kekurangan Suzuki S-Presso dibanding kompetitornya seperti Honda Brio dan Toyota Agya. Suzuki sendiri mengakui, jika S-Presso adalah sebuah city car yang juga akan menyerap segmen konsumen Low Cost Green Car.
Head of Brand Development & Marketing Research 4W di PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Harold Donnel Tampubolon mengatakan ini merupakan salah satu strategi pabrikan berlogo S. Suzuki memang ingin menempatkan S-Presso sebagai mobil yang memiliki value for money tinggi.
“Kami tidak memungkiri jika market LCGC juga besar, sehingga kami memposisikan S-Presso di harga Rp 150 – 200 jutaan,” kata Harold di GIIAS pada 12 Agustus lalu.
Seperti kita ketahui di range harga tersebut, Suzuki S-Presso menjadi city car termurah. Tapi imbasnya spesifikasi yang diberikan pun terbatas, bahkan mendekati LCGC.
Dengan kelebihan banderol yang murah, tentu saja kita tidak bisa berharap lebih dari mobil rakitan India ini. Sebagai informasi, Suzuki S-Presso dibanderol Rp 155 juta (OTR Jakarta) untuk varian MT. Sedangkan versi AGS harganya Rp 164 juta (OTR Jakarta).
Sedangkan harga Honda Brio Satya type termurah untuk type S MT dibanderol Rp 156,9 juta (OTR Jakarta). Hanya saja untuk varian termahalnya atau Brio RS CVT Urbanite Edition bisa tembus Rp 236,9 juta (OTR Jakarta).
Pada Toyota LCGC Agya type termurah G MT dibandrol Rp 158,5 juta (OTR Jakarta). Kemudian untuk versi termahalnya atau GR Sport AT Rp 180,15 juta (OTR Jakarta)
Lantas, seperti apa kekurangan Suzuki S-Presso dibanding pada kompetitornya tersebut? Yuk simak ulasan lengkapnya.
1. Suzuki S-Presso Pakai Transmisi AGS
Kekurangan Suzuki S-Presso yang pertama adalah pilihan transmisi otomatisnya pakai auto gear shift (AGS). Ini merupakan jenis transmisi yang jarang dipakai oleh merek lain, serta berbeda dari CVT dan AT.
Sebagai informasi, transmisi AGS adalah sebutan lain dari sistem transmisi Automated Manual Transmission (AMT). Cara kerja AGS, menggantikan pedal kopling kaki dengan kopling hidrolik yang dikendalikan oleh Transmission Control Module (TCM) bekerja sama dengan Electronic Control Unit (ECU). Jadi secara struktur masih mirip transmisi manual.
Ketika mode otomatis AGS aktif, sistem akan bekerja menentukan perpindahan gigi saat dibutuhkan berdasarkan sensor yang ada di putaran mesin. Mengacu pada sistem sebelumnya, transmisi AGS yang digunakan Suzuki Ignis banyak menuai masalah. Mulai dari hentakan yang sering terjadi, kurang kuat menanjak dan kabel sling yang sering putus.
Meski begitu, pihak Suzuki sendiri seduah mengatakan jika komponen AGS pada S-Presso sudah mengalami pembaruan, yang membuatnya lebih mudah dilakukan perawatan serta komponen-komponennya bisa dibeli terpisah.
Sedangkan pada Honda Brio Satya sudah menggunakan system transmisi CVT yang lebih modern, yang menjanjikan perpindahan gigi halus dan responsif. Kemudian Toyota Agya pakai transmisi otomatis konvensional atau AT.
2. Semua Varian Tidak ada Wiper Belakang
Selain itu kekurangan Suzuki S-Presso lainnya adalah tidak ada wiper belakang. Padahal kompetitor seperti Toyota Agya dan Honda Brio sudah memilikinya, meski untuk varian tertentu.
Guna wiper mampu menyeka air saat hujan, untuk mengoptimalkan visibilitas berkendara. Wiper hadir bukan cuma di kaca depan, tapi juga di kaca belakang. Tanpa wiper, tentunya bisa menjadikan pengemudi kesulitan melihat belakang saat hujan deras.
Walau demikian, bukan berarti kaca belakang Suzuki S-Presso tidak ada yang istimewa. Kelebihannya sudah memiliki defogger yang bisa mencegah kemunculan embun.
3. Lampu Mundur Hanya Satu
Kekurangan Suzuki S-Presso berikutnya adalah pada kedua varian lampu belakang mudur hanya ada satu. Meski secara peraturan tidak menyalahi undang-undang lalu lintas, namun penggunaan lampu mundur “buta satu” seperti ini agak kurang lazim saja digunakan pada mobil-mobil keluaran modern.
“Sebuah produk kami luncurkan pasti ada studinya kelanjutannya, yang akan mempengaruhi harga dan ekonomi. Lampu mundur secara regulasi minimal satu cukup,” kata Head of 4W Product Development PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Yulius Purwanto.
“Tetapi kami tidak menutup kemungkinan menjadi dua atau posisinya dipindah, Begitu pun dengan wiper seiring berjalannya waktu kami akan tambahkan di kemuadian hari, meski akan berkaitan dengan efek harga yang akan muncul,” tambahnya.
4. Pengaturan Spion Manual
Kekurangan Suzuki S-Presso berikutnya adalah soal spion yang konsep pengaturannya masih sangat primitif. Ini sangat aneh, jika berada pada mobil keluaran terbaru di era sekarang
Pengaturan spion S-Presso dilakukan manual dengan menggunakan tuas yang menonjol ke dalam. Secara estetik tuas engkol ini juga tidak enak dilihat. Walau demikian, sesungguhnya ini sudah lebih baik dibanding harus buka kaca dulu untuk mengatur spion.
Hanya saja lagi-lagi, kalau dibanding kompetitor maka S-Presso sangat ketinggalan. Pasalnya seperti Toyota Agya dan Honda Brio sudah pakai pengaturan spion elektrik, khususnya di varian tertinggi.
5. Tidak Ada Audio Steering Switch
Seperti disebutkan di atas, kita tidak bisa berharap pada mobil dengan range harga yang diberikan Suzuki S-Presso. Jadi tidak heran jika mobil ini terasa minim kemewahan.
Hanya saja dibanding kompetitor, ada fitur-fitur yang hilang di S-Presso, salah satunya tidak ada audio steering switch. Inilah yang kami sebut sebagai kekurangan Suzuki S-Presso.
Audi steering switch adalah tombol di setir yang bisa digunakan untuk mengatur head unit. Misal mau menaikkan level suara musik, ganti lagu, dan lain-lain. Fitur tersebut tidak ada di Suzuki S-Presso, namun sudah tersedia di Honda Brio dan Toyota Agya varian tinggi.
Demikian ulasan terkait 5 kekurangan Suzuki S-Presso. Ada harga, ada rupa. Simak terus Moladin.com untuk update kabar terbaru seputar otomotif.